
Pada tahap awal, perencanaan (1st step:Planning), dilakukan analisis potensi kewirausahaan. Kepala Sekolah, termasuk juga Guru, Staff dan Murid dapat memanfaatkan pengisian angket 1 ini untuk mengukur potensi kewirausahaan dirinya. Angket 1 , mencerminkan aspek Afektif dan psikomotorik yang berisikan variabel: 1) Efikasi diri; 2) Detektor Peluang, 3) Gigih, 4) Ramah, 5)Kreatif, dan 6) Perencana. Kegiatan tahap perencanaan ini dilanjutkan mengisi angket 2 yang mulai masuk di tahap pengorganisasian. Pada tahap perencanaan ini kepala sekolah juga diberikan panduan perencanaan pengembangan kewirausahaan.
Kegiatan perencanaan kewirausahaan berikut ini. Dokumen perencanaan kewirausahaan kepala SMK Bidang Bisnis dan Manajemen. Perencanaan kewirausahaan merupakan fondasi awal dalam pengembangan kompetensi kewirausahaan kepala SMK. Langkah ini mencakup:
- Identifikasi kebutuhan: Melakukan pemetaan terhadap kompetensi kepala SMK, baik dari sisi manajerial, kepemimpinan kewirausahaan, maupun pemahaman pasar kerja.
- Penetapan tujuan: Menetapkan tujuan pembinaan kewirausahaan yang jelas dan terukur, seperti peningkatan kemampuan inovasi pendidikan, pemahaman bisnis, jejaring industri, serta kemampuan merancang unit produksi berbasis sekolah.
- Perancangan kurikulum dan metode pembinaan: Menyusun materi dan metode pelatihan berbasis praktik kewirausahaan yang relevan dengan dunia industri dan kebutuhan lokal.
Penentuan indikator keberhasilan: Merumuskan indikator kompetensi kewirausahaan yang dapat dinilai, misalnya dalam hal kepemimpinan proyek bisnis sekolah atau kemampuan membangun kemitraan dengan dunia usaha.
Rasionalisasi : Tahap ini penting untuk memastikan pembinaan kewirausahaan terarah dan relevan dengan tuntutan pengembangan SMK sebagai lembaga yang menghasilkan lulusan siap kerja dan berjiwa wirausaha.
Tahap kedua (2nd step)mencerminkan aspek kognitif dan psikomotorik. Kedua angket di awal tahap ini memiliki aspek psikomotorik dikarenakan implementasi kewirausahaan dalam kenyataan adalah keberanian untuk bertindak dengan memperhatikan segala resiko. Angket 2 memiliki variabel 3 kompetensi profesional kepala sekolah. Pada tahap kedua ini juga dilengkapi Organizing kewirausahan sebagai berikut ;
Pada tahap ini, organisasi sumber daya dan struktur pembinaan kewirausahaan dilakukan untuk mendukung efektivitas pelaksanaan kinerja kepala sekolah.
- Pembentukan tim pengelola: Menunjuk koordinator program, fasilitator, dan mentor kewirausahaan dari kalangan praktisi, akademisi, dan dunia industri.
- Penjadwalan program: Menyusun waktu, tempat, dan skema pembinaan (workshop, pelatihan, mentoring, studi lapangan).
- Penyediaan sumber daya: Menyiapkan anggaran, modul pelatihan, media digital, serta akses ke inkubator bisnis atau teaching factory.
- Pengembangan jaringan kolaboratif: Membangun kemitraan dengan industri, perguruan tinggi, lembaga inkubasi bisnis, dan pemerintah daerah.
Rasionalisasi : Organisasi yang baik memungkinkan proses pembinaan berjalan efisien, partisipatif, dan selaras dengan konteks lokal masing-masing SMK.
Pada tahap ketiga, 3rd step, kepala sekolah menjalan progam kerja memenuhi kompetensi profesional. Pada tahap ini diberikan juga panduan Organizing kewirausahaan yang dapat dilihat berikut ini.
Kepemimpinan berperan dalam mendorong partisipasi, membangun motivasi, dan membentuk budaya inovatif di kalangan kepala SMK.
- Pelatihan kepemimpinan transformasional: Kepala SMK perlu dilatih untuk menjadi pemimpin yang visioner dan inspiratif dalam membangun ekosistem wirausaha di lingkungan sekolah.
- Pemberdayaan kepala SMK: Memberikan ruang untuk merancang proyek inovasi sekolah yang berdampak langsung pada siswa dan masyarakat sekitar.
- Komunikasi yang efektif: Menyediakan forum komunikasi antara kepala sekolah, guru, dan pemangku kepentingan lainnya untuk menyamakan persepsi dan arah kebijakan kewirausahaan.
- Pemberian motivasi dan penghargaan : Memberikan pengakuan terhadap keberhasilan kepala SMK dalam mengembangkan unit usaha sekolah sebagai bentuk apresiasi.
Rasionalisasi : Kepemimpinan yang kuat adalah kunci keberhasilan implementasi kewirausahaan di SMK, karena kepala sekolah menjadi aktor utama penggerak perubahan.
Tahap keempat, 4th step , merupakan tahapan terakhir dari MONASKU Kepala SMK Bidang Bisnis Manajemen. Kegiatan Controlling dimana satu proses manajemen sudah pada tahap terakhir sebelum masuk fase tahap manajemen berikutnya. Aktivitas dikompetensi profesional juga sudah pada tahap penilaian kinerja sebagai penilaian tahunan kepala sekolah. Pada tahap ini kepala sekolah dapat menunjukkan prestasi kerja pada kompetensi profesional sekaligus mempraktekan MONASKU Kepala SMK Bidang Bisnis dan Manajemen yang layak, efektif dan praktis. Di dalam 4th step kepala sekolah juga diberikan panduan Controlling kewirausahaan sebagai berikut.
Pengawasan dan evaluasi bertujuan memastikan bahwa proses pembinaan kompetensi kewirausahaan berjalan sesuai dengan tujuan dan menghasilkan dampak yang diharapkan.
- Monitoring program: Melakukan pemantauan secara berkala terhadap kegiatan pelatihan dan implementasi hasilnya di sekolah.
- Evaluasi hasil pembinaan: Menggunakan indikator evaluatif seperti perubahan dalam gaya kepemimpinan, peningkatan aktivitas bisnis sekolah, atau pencapaian target kerja sama industri.
- Refleksi dan perbaikan berkelanjutan: Mengidentifikasi kekurangan dan merancang strategi perbaikan program pembinaan.
- Pelaporan dan dokumentasi: Menyusun laporan kinerja dan praktik, baik sebagai bahan pembelajaran bersama dan dasar pengambilan kebijakan lebih lanjut.
Rasionalisasi : Evaluasi yang sistematis memastikan keberlanjutan program dan akuntabilitas dalam pengembangan kompetensi kewirausahaan kepala SMK terutama didalam mengimplementasikan kompetensi profesional kepala sekolah sesuai peraturan perundangan yang berlaku saat ini.
Langkah ini membentuk siklus penguatan berkelanjutan dan bertujuan membangun kapasitas kepala sekolah sebagai pemimpin strategis dan inovatif. Implementasi desain MONASKU Kepala SMK Bisnis dan Manajemen di Kota Surakarta ditegaskan bahwa kepala sekolah unggul adalah figur yang memiliki kompetensi profesional tinggi dan kemampuan kewirausahaan, seperti berani mengambil inisiatif, mampu membaca peluang, serta memiliki kreativitas dan inovasi dalam mengembangkan layanan satuan pendidikan yang dipimpinnya. Ini sejalan dengan Drucker (1985) yang mendefinisikan entrepreneur sebagai “someone who always searches for change, responds to it, and exploits it as an opportunity.”
0 Komentar